19/03/2012

"PONDOK"

Jika kalian hidup pada jaman Bahula... kalau kalian mendengar kata pondok, kalian pasti berpikir tentang sutu tempat yang menyejukkan, menyejukkan iman kita sebagai seorang muslim. Saya ulangi, PADA ZAMAN BAHULA.


Pada zaman bahula, kalau kita menginjak tanah terdepan di pintu gerbang suatu pondok,  hati kita mungkin akan bergetar. Begitu disana, diatas kita merasaa ada ribuan malaikat mengayomi lingkungan pondok. Alunan merdu bacaan kitab suci, semakin men-charge ulang hati kita.... saya ulangi lagi, PADA ZAMAN BAHULA.

Pada zaman bahula, pada zaman bahula..... pada zaman bahula,. Nah sekarang sudah pas 7x aku nulis 'pada zaman bahula' (LOH!! kok nulis lagi??!!) kalian pasti bertanya-tanya [GAK!!] bagaimana pada zaman sekarang...??? this is it. [zaman sekarang sih zaman sekarang, tapi mukamu itu lho yg masih BAHULA]

Pada zaman digital ini (aneh rasanya gue nulis zaman digital, emang loe pada tahu maksudnya apaa??.... kalau tak tahu tanya ke Haji Yami'in guru PKn kita.... oke?!!). Para santri yang ada di suatu pondok malah malas-malasan.... kenapa bisa begitu, jawaban paling umum itu satu:
Karena 'nyantri' di pondok bukan kehendak dari hati terdalam santri itu sendiri. Mereka 'nyantri' karena kehendak orang tua masing - masing. Dalam pikiran orang tua, kalau anaknya masuk pondok maka cita - cita pertama orang tua anak seperti tertulis di "berkat-berkat aqiqoh" akan mudah terwujud => Berguna bagi nusa bangsa dan negara.

Tapi menurut saya, pemikiran itu salah AGUNG!! dengan memaksa pemuda bangsa menuruti diktatorisasi orang tua akan membunuh semangat yang menggelora dalam dada pemuda. Karena mereka akn menikmati pendidikannya dengan setengah-setengah. Tidak dapat melakukan pesan iklan suatu produk kopi "Nikmat harus full, gak setengah-setengah"

Karena alasan itulah tercipta pelaku santri di zaman digital ini. Merokok, maling dan hal-hal edan lainnya. Dan alasan di atas dibarengi dengan alasan-alasan lain seperti pengaruh setan dan teman.

Dan yang paling saya sesalkan dalam kehidupan pondok pada zaman digital ini adalah : "Ketidakpatuhan santri terhadap aturan dan Musyrif pondok"

Berkali-kali lipat santri melanggar peraturan yang disepakati bahkan ada yang bilang : "Peraturan dibuat untuk dilanggar". Emangnya kenapa mesti suatu aturan itu dilanggar?? bukankah itu dibuat untuk kita sendiri? Mungkin jawabnya begini : karena enak , males, atau yang paling parah karena benci dengan musyrif.

Pertanyaannya, kenapa harus benci? bukankah mereka menuntun untuk hal yang baik bagi kita sendiri.

No comments:

Post a Comment