Tentu
saja, buku ini menjadi sangat penting, karena merekam pemikiran dan
pesan-pesan perjuangan Dr. Mohammad Natsir kepada generasi pelanjutnya.
Natsir memang dikenal sebagai seorang pejuang dan pemikir
Islam, yang pada 7 November 2008 diberi gelar sebagai Pahlawan Nasional
oleh pemerintah RI. Kiprah M. Natsir dalam perjuangan Islam dikenal
secara luas, bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di
dunia Islam. Meskipun buku Percakapan Antar Generasi itu mengemukakan
gagasan-gagasan singkat, tetapi banyak pemikiran penting yang bisa
dipetik dari seorang M. Natsir, yang ketika itu sampai pada tahap-tahap
kematangan pemikirannya.
Ketika
ditanya oleh para kadernya tentang penyakit yang paling berbahaya bagi
umat Islam dan bangsa Indonesia saat ini, Pak Natsir dengan tegas
mengatakan: ”Salah satu penyakit bangsa Indonesia, termasuk umat
Islamnya, adalah berlebih-lebihan dalam mencintai dunia.” Lalu,
ditambahkannya: ”Di negara kita, penyakit cinta dunia yang berlebihan
itu merupakan gejala yang ”baru”, tidak kita jumpai pada masa revolusi,
dan bahkan pada masa Orde Lama (kecuali pada sebagian kecil elite
masyarakat). Tetapi, gejala yang ”baru” ini, akhir-akhir
ini terasa amat pesat perkembangannya, sehingga sudah menjadi wabah
dalam masyarakat. Jika gejala ini dibiarkan berkembang terus, maka bukan
saja umat Islam akan dapat mengalami kejadian yang menimpa Islam di
Spanyol, tetapi bagi bangsa kita pada umumnya akan menghadapi persoalan
sosial yang cukup serius.”
Dan
memang, penyakit cinta dunia (hubbud-dunya) itulah salah satu sumber
kehancuran utama umat Islam. Rasulullah saw bersabda: “Apabila umatku
sudah mengagungkan dunia maka akan dicabutlah kehebatan Islam; dan
apabila mereka meninggalkan aktivitas amar ma'ruf nahi munkar, maka akan
diharamkan keberkahan wahyu; dan apabila umatku saling mencaci, maka
jatuhlah mereka dalam pandangan Allah.” (HR Hakim dan Tirmidzi).
Di
tengah berbagai kesulitan dan tantangan dakwah yang berat saat ini,
pesan Pak Natsir itu perlu diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Jika
penyakit ini sudah menggejala, maka pasti kehancuran menanti umat. Di
bidang apa pun. Penyakit hubbud-dunya (gila dunia) berawal
dari penyakit iman, yang berakar pada persepsi yang salah bahwa dunia
ini adalah tujuan akhir kehidupan. Akhirat dilupakan. Akhirnya, jabatan
dan harta dipandang sebagai tujuan; bukan sebagai alat untuk meraih
keridhaan Allah.
Islam
tidak memerintahkan umatnya meninggalkan dunia. Tapi, umat Islam
diperintahkan untuk menaklukkan dunia, untuk meletakkan dunia dalam
genggamannya, bukan dalam hatinya. Dunia dan seisinya adalah amanah
Allah. Semua akan dipertang-gungjawabkan di hadapan Allah di akhirat.
Semakin tinggi jabatan, kedudukan, dan semakin banyak nikmat yang
diterima seseorang di dunia, maka semakin berat pula tanggung jawabnya
di akhirat. Karena itu, sangatlah bodoh orang yang siang malam sibuk
mengejar dunia demi tujuan-tujuan kepuasan dunia semata. Wallahu A'lam. (H. Adian Husaini/Ketua Dewan Da’wah)
No comments:
Post a Comment